Ketika tengah berselancar di media sosial di sela-sela kesibukan bimbingan skripsi dan pindah kosan awal Juni kemarin, tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah pengumuman di beranda Facebook-ku. Isinya adalah tentang agenda audisi penyiar MQFM yang diadakan bersamaan dengan event Islamic Book Fair di Braga Landmark tanggal 3 Juni pukul tiga sore. Entah kenapa saat itu rasanya aku sangat tertarik. Padahal aku sebenarnya tidak begitu bercita-cita menjadi penyiar radio. Saat memutuskan untuk ikut audisi, aku yang biasanya berpikir panjang dan mempertimbangkan untung-rugi yang cukup detail sebelum memutuskan sesuatu tiba-tiba langsung dapat memutuskan begitu saja:
"Yeah, sure. Why not?"
Walhasil, tanggal 3 Juni setelah salat Dzuhur aku pun menempuh perjalanan dari Jatinangor ke jalan Braga di pusat kota Bandung. Karena aku memang jarang sekali pergi ke Bandung sendirian, apalagi naik angkutan umum, aku sempat tersesat gara-gara salah naik angkot, yang menyebabkan aku terlambat datang di lokasi satu jam dari waktu yang ditentukan. Tak apalah, akhirnya aku berhasil sampai ke lokasi dengan semangat dan excitement yang membuncah karena mencoba pengalaman baru.
![]() |
| Nomor peserta audisi |
Ketika giliranku untuk naik ke atas pentas, kakiku bergetar hebat karena tegang. Suaraku sampai nyaris pecah karena jantungku yang berdetak begitu keras seolah mencekik tenggorokanku. Setelah mencoba menirukan cara bicara seorang penyiar, aku pun diberi pertanyaan yang harus aku jawab dengan topik menganai dunia Islam. Di bagian itu aku mulai berbicara agak lancar, selain karena ketegangan sudah mulai cair, topik itu menjadi salah satu yang sering aku baca.
Aku sama sekali tak berharap banyak waktu itu, namun qadarullah wa maa syaa'a fa'al namaku termasuk di antara sepuluh orang yang terpilih masuk ke seleksi wawancara di tahap selanjutnya. Saat itu pertama kalinya aku mengunjungi studio MQFM Bandung di JL. Gegerkalong Girang Baru no. 11 Bandung. Di sana, selain di wawancara aku juga harus kembali menunjukkan kemampuanku membacakan informasi dengan gaya penyiar. Dengan pengalaman lomba pidato, lomba news casting, serta lomba story telling yang cukup sering aku ikuti zaman sekolah dulu; akupun berusaha untuk membaca kertas yang disodorkan padaku dengan sebaik-baiknya. Kali ini tidak begitu tegang karena
dilakukan di ruang tertutup dengan dinilai oleh empat orang penyiar senior. Beberapa hari kemudian, awal-awal Ramadan, aku mendapat telepon dari pihak MQFM yang memintaku datang lagi ke studio. Aku mendapat kesempatan untuk mengikuti tahap selanjutnya, yakni pelatihan tahap pertama yang diadakan selama beberapa hari di studio MQFM Bandung. Setelah melalui tahap wawancara (lagi), akupun memulai periode pelatihan bersama empat orang lainnya: Muas, Ikhsan, Qorry, dan Retno. Selama beberapa hari kami dilatih dan diajari beberapa teknik yang perlu dimiliki seorang penyiar, mulai dari artikulasi, vokal, sampai latihan membuka dan menutup program siaran. Selain itu, kami berkesempatan untuk melakukan observasi, melihat bagaimana seorang penyiar radio memperagakan kemampuan multi-tugas yang luar biasa: berbicara di depan mikropon sambil mengontrol mixer dan komputer yang memainkan musik dan spot iklan. Selain itu, di akhir sesi kami diberikan "ujian praktek" dengan bersiaran secara tandem bersama penyiar MQFM.
Selama masa audisi sampai pelatihan ini, rasanya menyenangkan bisa "bertobat" dari kebiasaan hidup sedenter. Aku memang tipe-tipe orang yang cenderung malas keluar kosan/rumah jika tidak ada keperluan dengan urgensi tinggi. Selain itu, aku termasuk pribadi yang kurang menyukai tantangan dan cenderung terpuruk di zona nyaman. Ketika memutuskan untuk menghadiri audisi di jalan Braga itu, aku bersyukur dalam hati karena mulai berani menerobos zona nyaman dengan memberanikan diri berkendara sejauh puluhan kilometer dan melawan rasa takut berbicara di depan umum.
Masa pelatihan yang bertepatan dengan bulan Ramadan pun meninggalkan kesan tersendiri buatku. Tiap pagi, ketika jarum pendek masih di angka 10, aku berangkat ke daerah Gegerkalong Girang dari kosanku di Jatinangor. Menurut Google Map sih jaraknya sekitar 40 KM, tapi semua itu aku tempuh dengan ringan karena aku sangat bersemangat mengeksplorasi potensiku di bidang yang sama sekali asing bagiku sebelumnya. Beberapa menit selepas pukul 12 biasanya aku sudah sampai di sekitar Jl, Gegerkalong Girang. Sambil menunggu waktu pelatihan yang dimulai pukul 13.00, aku biasanya berdiam di masjid DT ba'da shalat Dzuhur, menyesap suasana relijius dan spiritual yang terasa begitu kental di lingkungan pesantren, apalagi di bulan Ramadan. Menghabiskan siang Ramadanku di lingkungan yang sangat kondusif membuat shaum-ku Ramadan kemarin menjadi lebih berenergi, walaupun beraktifitas yang memakan waktu sampai menjelang berbuka.
![]() |
| Sempat masuk studio juga. |
Sampai akhirnya, akhir Juli kemarin, datanglah hari yang menentukan apakah kami lolos ke tahap selanjutnya atau terhenti di sini saja. Tahap selanjutnya adalah pelatihan tahap kedua, yang hanya bisa ditempuh oleh mereka yang sudah resmi diterima menjadi penyiar. Secara pribadi aku berharap kami berlima dapat diterima, tapi itu jelas tak mungkin. Pada akhirnya, hanya dua dari kami yang masuk menjadi penyiar MQFM, sedangkan aku, Muas, dan Retno mendapat surat keterangan magang yang ditandatangani oleh kang Sigit Kurniawan, manajer produksi sekaligus salah satu mentor kami selama masa pelatihan.
Alhamdulillah 'alaa kulli haal, walaupun secara manusiawi ada sedikit gurat kecewa karena sudah terlanjur menumbuhkan ekspektasi, tapi ini yang terbaik dari Allah. Mungkin Tuhan melihat bahwa aku masih harus berkonsentrasi sepenuhnya untuk menyelesaikan studi tanpa terganggu fokusnya dengan pekerjaan. Walaupun tidak sampai menjadi penyiar, aku bersyukur karena telah mendapatkan pengalaman baru, ilmu baru, saudara-saudari baru, serta sesuatu yang berguna untuk mengisi CV ku, hehehe...Tetapi yang paling penting aku bangga telah berhasil memaksa diriku sendiri untuk keluar dari zona nyaman, melawan rasa takut, serta mencoba hal baru. I hope it leads to something good.
Semoga aku bisa mengeksplorasi potensiku serta menebar manfaat di tempat yang lain.
Selamat buat kang Ikhsan Malik dan teh Qorry Aina, semoga menjadi ladang amal saleh bagi kalian berdua dan kru MQFM sekeluarga. Juga, happy belated birthday yang ke-14 untuk MQFM Bandung, semoga tetap menjadi sumber inspirasi bagi keluarga-keluarga di Indonesia.
Cheers!




0 komentar:
Posting Komentar